Sumpah Pemuda pun menjadi tonggak munculnya Kebangkitan Nasional Kids, setelah kita mempelajari Tata Negara dan Pemerintahan, selanjutnya kita akan mempelajari Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda pada materi PPKN kelas 8. Kebangkitan nasional dan sumpah pemuda saling berkaitan pasalnya Sumpah Pemuda lahir menjadi tonggak kebangkitan nasional yang dimotori para pemuda. Kebangkitan nasional adalah kebangkitan bangsa Indonesia yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional. Sejarah Hari Kebangkitan Nasional Hari Kebangkitan nasional diperingati pada tanggal 20 Mei 1908. Kebangkitan nasional 1908 ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya organisasi Budi Utomo dan Sumpah Pemuda. Berdirinya Budi Utomo Budi Utomo merupakan organisasi pergerakan pemuda yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pencetus Budi Utomo sendiri ialah para pelajar STOVIA Sekolah Kedokteran di Batavia, yaitu Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Soeradji, dan Gunawan Mangunkusumo. Berdirinya Budi Utomo tidak terlepas dari penerapan kebijakan Politik Etis yang berlaku pada masa pemerintahan kolonial Belanda 1901. Politik Etis adalah kebijakan politik balas budi yang mencakup tiga hal, yakni irigasi, edukasi, dan emigrasi. Lewat Politik Etis, anggota parlemen Belanda, Conrad Theodor van Deventer, berpandangan bahwa memang sudah seharusnya Belanda berterima kasih kepada rakyat pribumi. Baca Juga 4 Dampak Peristiwa Sumpah Pemuda, Materi Kelas 5 SD Tema 7 Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
DampakPeristiwa Sumpah Pemuda 1928. Pada tanggal 28 Oktober 1928, suatu tekad yang sangat penting bagi penguatan konsep wawasan kebangsaan Indonesia telah diikrarkan. Ikrar tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi terbentuknya negara kesatuan. Tekad untuk bersatu dan mengesampingkan alasan-alasan kedaerahan, kesukuan, keturunan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PEMUDA DAN KEBANGKITAN NASIONALOleh Soleman MontoriSeratus enam tahun yang lalu, tanggal 20 Mei 1908, para pemuda pejuang di seluruh wilayah nusantara menyatukan tekad dan bangkit dari keterpurukan bangsa Indonesia yang terjajah, yang hidup dalam penderitaan dan kebodohan akibat kolonialisme Belanda selama ratusan tahun yang mengakibatkan bangsa Indonesia hidup dalam kemiskinan,keprihatinan dan keterbelakangan. Perjuangan pemuda yang menyatukan tekad tersebut diperingati setiap tahun sebagai hari kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional berawal dari organisasi pemuda yang bernama Boedi Oetomo, yang didirikan 20 Mei 1908. Lahirnya Boedi Oetomo mendorong munculnya perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan pemuda di luar Jawa yang bersifat luas, antara lain Young Java, Young Sumatra, Young Selebes, Young Batak, dan Young Ambon. Jauh sebelum lahirnya Boedi Oetomo sudah ada organisasi pemuda, namun masih bersifat lokal dan belum terintegrasi secara nasional. Menurut KH. Firdaus AN, Boedi Oetomo adalah organisasi pemuda kesukuan Jawa dan Madura, namun memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme. Boedi Oetomo bubar tahun 1935, sehingga tidak turut mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Berdirinya Boedi Oetomo telah memicu perkembangan hebat dalam masyarakat Indonesia, khususnya bagi para pemuda yang memiliki semangat nasionalisme. Lahirnya Boedi Oetomo membuat para pemuda daerah tergerak membentuk perkumpulan. Para pemuda menyadari bahwa akan lebih bermanfaat kalau pemuda Indonesia bersatu dan berjuang bersama daripada berjuang sendiri-sendiri. Tekad para pemuda untuk bersatu diikrarkan dalam Kongres Nasional Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam bentuk Sumpah Pemuda, yang isinya mereka mengakui bahwa bertumpah darah satu, yaitu tanah Indonesia; berbangsa satu, yaitu bangsa Indonesia; dan berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia. Boedi Oetomo dibentuk bukan semata-mata karena bangsa Indonesia merasa senasib dan sepenanggungan di jajah oleh bangsa Belanda dan Jepang. Namun dibentuk karena satu cita-citayang sama, yaitu ingin merdeka dari segala keterpurukan. Pada intinya kebangkitan nasional adalah peristiwa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme bangsa Indonesia, khususnya para pemuda, yang diikuti dengan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik hari kebangkitan nasional setiap tahun hendaknya tidak hanya merupakan kegiatan seremonial belaka atau hanya sekedar mengingat jasa para pemuda pejuang di masa lalu. Tetapi yang utama pemuda Indonesia harus bangkit sebagaimana yang dilakukan pemuda-pemuda pejuang dahulu, yang memiliki andil besar membangkitkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Apa saja yang generasi muda perlu bangkitkan. Pertama, memelihara dan menjaga rasa kebangsaan agar bhinneka tunggal ika tidak hanya sekedar semboyan dan menjadi slogan tanpa makna, tetapi benar-benar meresap dan menjiwai perilaku setiap generasi muda. Kedua, generasi muda hendaknya mengobarkan semangat nasionalisme. Ketiga, menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa; tidak mempertentangkan perbedaan ras, suku, bahasa, dan agama. Karena bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke adalah satu. Satu pemuda Indonesia sejak awal reformasi belum banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Justru menjadi korban dan dikorbankan dalam kegiatan destruktif seperti menjadi “pengantin” bom bunuh diri, terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, seks bebas. Khusus untuk kota Manado, para pemuda perlu lahir baru dan memiliki kearifan lokal untuk ikut membangun kebersamaan, menciptakan kehidupan yang rukun, hidup yang damai dan menyenangkan bagi semua sebagai modal dan model bagi kota antarkampung, tawuran antarpelajar dan antarlorong yang umumnya dipicu oleh kenakalan remaja dan miras, sehingga ada yang terluka, dirawat di RS bahkan ada yang sampai ke liang kubur; semuanya itu menunjukan bahwa sebagian generasi muda kota Manado belum mampu bangkit dalam beberapa aspek kehidupan seperti kedewasaan mental, kesetiakawanan sosial, kearifan lokal torang samua basudara dan sejumlah aspek kehidupan lainnya yang mendukung tercapainya kemajuan bersama sebagai anak kebangkitan nasional semata-mata bukan hanya sekedar mengingat dan merayakannya pada setiap tanggal 20 Mei. Namun kita harus membangkitkan kembali semangat nasionalisme, torang samua basudara dan kepedulian terhadap masalah-masalah yang mempertentangkan perbedaan di negeri ini. Jika generasi muda tidak bisa memaknai hari kebangkitan nasional ini dengan berusaha menjadi lebih baik, maka kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin terpuruk. Ini artinya, pesan para pemuda pejuang untuk bangkit dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan di bidang lainnya belum tercapai. Rasa saling menghargai, menghormati antar suku dan agama sejak awal reformasi sudah mulai tercoreng, dan sebagian yang terlibat di dalamnya adalah generasi muda, sehingga nilai-nilai nasionalisme yang di bangkitkan pada tahun 1908 mulai perjuangan para pemuda Indonesia pada tahun 1908 yang begitu gigih dalam membangkitkan persatuan dan kesatuan bangsa, sejak awal reformasi jarang kita lihat. Lunturnya rasa nasionalisme yang terjadi saat ini merupakan cerminan keterpurukan semangat pemuda. Dulu para pemuda rela melepaskan atribut kesukuan, ras, golongan dan agama; semuanya dilakukan demi terciptanya rasa nasionalisme yang tinggi untuk membela tanah airnya. Kini hal yang terpuji dan mulia itu mulai pudar; media lebih banyak mempertontonkan dan menyuguhkan sejumlah peristiwa yang dilakukan oleh sejumlah pemuda, yang jauh dari rasa nasionalisme kebangsaan. Perang antar suku, tawuran antar warga dan tawuran antarpelajar makin membuat rasa nasionalisme luntur. Padahal kita memiliki semboyan yang begitu luhur tentang semangat kesatuan, yakni Bhineka Tunggal Ika. Apakah semboyan ini hanya formalitas belaka? Tentu semboyan Bhineka Tunggal Ika bukanlah semata-mata hanya ungkapan saja, tetapi harus menjiwai perilaku seluruh bangsa anak bangsa Indonesia sesuai dengan maknanya berbeda-beda namun tetap satu saatnya bagi kita, terutama generasi muda membangkitkan kembali semangat nasionalisme untuk membangun bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dengan cara membangun nilai-nilai nasionalisme yang kuat, seperti toleransi dan penghargaan terhadap pluralitas sosial-kultural. Mari kita maknai hari kebangkitan nasional tahun 2014 ini dengan bercermin pada diri sendiri tentang apa yang telah kita lakukan untuk negeri ini. Semoga kebangkitan nasional yang ke-106 tahun 2014 ini dapat membangkitkan kembali kesadaran kita menjadi bangsa Indonesia yang satu dan bersatu. Bukan satu untuk semua, tapi semua adalah satu.*** Lihat Sosbud Selengkapnya
1zb83.